Trik dan Tips Sukses Berbicara di Panggung

Pernahkah anda mengikuti suatu kegiatan, acara formal yang diselenggarakan disuatu instansi pemerintah atau lembaga masyarakat untuk mendapatkan arahan atau ceramah dari para fasilitator yang membosankan, dan merasa membuang – buang waktu dengan percuma. Pernahkah anda mendengar, mengikuti ceramah dari fasilitator, teknis maupun kebijakan, dan begitu mulai dengan salam, maka anda akan bisa langsung menebak apa yang disampaikan?, contoh-contoh yang akan dipakai? Berapa waktu yang akan dia gunakan? Guyonan apa yang akan muncul? Tetapi sebaliknya pernahkah anda begitu fasilitator muncul kita berpikiran tentang hal apalagi yang akan disampaikan? Guyonan baru apalagi yang dipakai? Dan pelajaran apalagi yang akan saya dapatkan?

Berbagai kondisi ini sangat biasa terjadi di kegiatan atau acara khususnya kegiatan pembukaan atau penutupan suatu acara yang bersifat formal. Apa yang ada dipikiran seorang pembicara didepan seharusnya adalah bagaimana membuat pendengar tidak bisa menerka apa yang akan diomongkan, tidak membuat pendengar sudah menebak sambil berkata ughh… itu lagi, itu lagi, harus ada yang baru ketika saya berbicara didepan! itu yang selalu tertanam dipikiran seorang yang akan berbicara didepan peserta dalam kegiatan formal.

Mari kita simak sekelumit cerita yang mungkin bisa dijadikan bahan pemikiran.

Ditengah asyik-asyiknya nyantap makan malam disuatu hotel berbintang pada suatu kegiatan, tiba ada seseorang yang berkata “maaf bapak ibu, dimohon segera masuk keruang meeting segera karena pembukaan akan segera dimulai, karena sudah jam setengah delapan” Kontan saja semua yang sedang asyik makan, atau sekedar ngobrol menghentikan aktifitasnya dan bergegas menuju ruangan yang nampak begitu sakral karena telah tersusun rapi berderet kursi dan meja, serta sederetan kursi raja didepan. Semua peserta menempati tempat duduk yang tersedia yang tentunya tempat yang paling favorit adalah dari belakang, dan paling depan adalah tempat duduk sakral yang bisanya ditempati para pejabat atau paling tidak orang yang pede (percaya diri) hehe. Sesaat kemudian seorang wanita cantik yang berdiri didepan sebelah kanan sambil memegang mix memohon peserta yang duduk dibelakang pindah kedepan, “bapak ibu peserta dimohon untuk menempati tempat duduk didepan”. Dengan kalimat yang sedikit sinis tentunya hehehe. Suasana hening sejenak kemudian diikuti sang master of ceremony memberikan isyarat untuk memohon ijin kepada bapak dan ibu pejabat yang duduk didepan untuk memulai acara. Suara yang cukup merdupun mulai bekerja sesuai SOP acara pembukaan kegiatan, mengucapkan salam, menyampaikan nama kegiatan, memberikan kalimat penghormatan kepada semua pejabat yang berada didepan. Acara pembimbingan doa yang disampaikan salah seorang peserta yang telah ditunjuk panitia, diikuti semua peserta dengan khuysuknya, dan diikuti dengan laporan yang disampaikan oleh ketua panitia yang nampaknya pejabat rendahan hehe. Sang ketua panitia menyampaikan berbagai hal mengenai kegiatan mulai latar belakang sampai dengan asal dananya. Ada yang mulai sedikit ga masuk akal disini, ketua panitia yang juga pegawai di kantor penyelenggara kegiatan yang mungkin juga seorang pejabat, yang berarti juga sebagai bawahan kepala yang membuka kegiatan masih menyampaikan laporan? Bukankah jauh sebelum kegiatan dimulai sudah berkonsultasi, koordinasi dan mendapatkan restu dari pimpinan? Kenapa bukan menyampaikan penjelasan kegiatan kepada semua yang hadir diacara itu? Yach nanti aja jawabnya. Kita teruskan saja kegiatannya SelanjutNya sang MC-pun menyampaikan acara berikutnya yaitu permohonan sambutan dan pembukaan secara resmi kegiatan oleh yang dibanggakan yaitu kepala instansi/lembaga penyelenggara. Sesosok yang sudah dikenal oleh sebagian besar peserta, berpakaian parlente, batik yang nampaknya harganya lumayan mahal maju mendekati sebuah mimbar disamping kanan tempat para pejabat duduk. Ucapan kata salam diikuti penghormatan, kemudian mulai menyampaikan beberapa rangkaian kata normatif, kebijakan umum, ditambah dengan sedikit guyonan yang sebenarnya bukan hal yang baru lagi karena itu sudah disampaikan kemarin di acara pembukaan yang beda kegiatan, tapi apa daya sebagaian peserta harus sedikit ketawa untuk membuat lega sang pembicara. Detik-detik demi detik dan menit demi menit mata sebagain peserta sudah menahan kantuk, sampailah pada menit kelima belas dikagetkan oleh suara ketukan mix dengan didahului secara resmi saya nyata dibuka dog, dog, dog, dan diikuti tepuk tangan yang meriah membuat semua peserta terbangun dari mimpinya. Acara pembukaan sudah usai tapi nampak peserta belum semangat untuk beranjak dari tempat duduknya, dan ternyata jam baru menunjukan 20.00 so hanya berjalan tidak lebih dari 30 menit, seorang peserta dengan nada bercanda “sudah berpakaian rapi, bawa batik yang terbagus dari rumah, makan tergesa-gesa, eee… pembukaan cuman 15 menit, hihi rugi dunk trus ngapain neh?

Itu hanyalah sekelumit ilustrasi mengenai sebuah kegiatan yang mengecewakan, paling tidak membuat ada sesuatu yang akan diingat sepanjang masa oleh peserta. Apa itu?

Ketika kita mengikuti ceramah dari fasilitator, ada beberapa hal yang kadang – kadang membikin kecewa;

Ketika kita mengikuti ceramah dari fasilitator, ada beberapa hal yang kadang – kadang membikin kecewa;

1. Menggunakan waktu yang lebih pendek dari yang terjadwal
Seperti ungkapan terakhir dari cerita diatas, sudah berbaju batik terbagus, makan tergesa-gesa cuman 15 menit, bahkan pernah terjadi 5 menit. Itupun yang disampaikan tidak ada yang spesial. Suatu kegiatan seringkali sudah dirancang sedemikian rupa oleh panitia agar berjalan lancar, normal dan tidak sampai ada waktu yang kosong supaya terkesan kegiatan itu tidak asal jalan. Termasuk kegiatan pembukaan kegiatan tentunya sudah dirancang sedemikian rupa waktunya. Bagaimana jadinya kalau sudah dirancang untuk waktu 1.5 jam (2 kali 45 menit) ternyata yang tepakai tidak lebih dari 30 menit. Tentunya banyak yang terbuang waktu di situ.

  • Pembicaraan yang disampaikan tidak sesuai, tidak berhubungan atau bahkan melenceng dari materi. Pembicaraan atau isi yang tidak sesuai dengan materi atau kegiatan ini biasanya terjadi pada saat pembukaan, karena pembuka kegiatan akan menyampaikan paparan secara umum sesuai dengan kebijakan lembaganya.
  • Kehabisan bahan pembicaraan. Memang tidak semua orang bisa dan terbiasa berbicara banyak dihadapan khalayak, sehingga kadang-kadang kita temui seolah-olah pembicara tersebut kehabisan bahan atau materi. Pembicara hanya membaca apa yang ada di powerpoint atau bahkan sekedar membaca kertas sambutan yang sudah disiapkan, tanpa ditambahi ataupun dikurangi. atau bahkan pembicara nampak kebingungan tidak paham dengan apa yang ada di paparan.
  • Menyampaikan contoh yang berulang. Penyampaian contoh-contoh ketika berbicara didepan sering dipake oleh pembicara untuk memperjelas dan menarik pendengar tentang materi yang sedang disampaikan. Contoh-contoh kejadian yang relevan dan bahkan lucu akan menjadikan penyampaian materi lebih hidup, tetapi terkadang kita menemui pembicara yang menyampaikan contoh-contoh yang itu-itu saja, yang sudah disampaikan oleh pembicara yang sama ataupun pembicara yang lain di acara sebelumnya atau lain acara. Contoh-contoh yang itu-itu saja alih-alih membuat pendengar tertarik malah akan membuat pendengar jenuh dan garing.
  • Guyonan atau bumbu yang itu-itu saja. Selain menyampaikan contoh-contoh, pembicara biasanya juga menambah dengan guyonan atau humor disela-sela materi sebagai bumbu-bumbu biar pembicaraan lebih menarik. namun demikian tidak sedikit pula kita temui guyonan humor-humor yang disampaikan tidak menarik dan tidak lucu karena sudah sering disampaikan sehingga humor-humor tersebut menjadi terasa kering.
  • Gaya bicara yang monoton. Gaya bicara seseorang merupakan ciri khas yang unik yang dimiliki seseorang dalam berbicara, yang berbeda satu orang dengan orang lainnya. Mungkin gaya bicara ini bisa berhubungan dengan bakat seseorang tetapi gaya bicara bisa dipelajari dan dilatih untuk bisa menarik pendengar. Pembicara yang baik tentunya memiliki gaya bicara yang bisa menyesuaikan kondisi pendengar, sehingga bisa menarik pendengar.
  • Isi pembicaraan tidak sebanding dengan posisi atau jabatan yang disandang. Isi pembicaraan mencerminkan posisi atau jabatan seseorang. Sudah sewajarnya sesorang dengan posisi jabatan tertentu menyampaikan materi yang sesuai dengan jabatannya. Isi materi yang tidak sesuai akan nampak senjang dengan harapan audience, mengingat bahwa pendengar tentu berharap ada sesuatu yang spesial dari materi yang disampaikan oleh seseorang dengan jabatan tertentu. Seseorang dengan jabatan tinggi tentu isinya akan beda dengan orang yang menduduki jabatan dibawahnya, dan tentunya harapan peserta juga akan berbeda. Nahh…inilah mengapa seorang pembicara seharusnya bisa menyesuaikan apa yang disampaikan kepada pendengarnya.

Kenapa bisa begitu ?

Kemampuan dan ketrampilan untuk berbicara didepan orang banyak memang tidak semudah yang kita saksikan, berbagai faktor bisa mempengaruhinya, baik faktor fisik maupun psikis si pembicara. Pada tulisan ini hanya dikupas beberapa dari sekian banyak faktor psikis seseorang. beberapa diantaranya antara lain;

  • Kompetensi yang kurang. Kompetensi adalah pengetahuan, kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide dan materi didepan orang banyak. Kompetensi berbicara didepan orang banyak bukanlah sebuah turunan atau bawaan tetapi bisa dipelajari, dilatih dan dikembangkan untuk menjadi kompeten. Semakin sering seseorang berbicara didepan khalayak akan semakin kompetensi berbicara yang dikuasauinya.
  • Kurang membaca. Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan, orang yg kurang membaca akan sedikit pengetahuan yang dimiliki. Orang yang jarang membaca akan nampak kehabisan bahan untuk disampaikan.
  • Textbooks. Banyak membaca tentu akan membuka wawasan bagi kita kedunia yang lebih luas. Namun demikian dalam membaca bacaan tentu juga memerlukan intepretasi dan pemahaman tentang apa yang dibacanya. Ketika membaca tidak diimbangi dengan intrepretasi dan pemahaman yang baik pemahaman kita menjadi teksbook atau hanya makna tekstual sebuah bacaan. Seorang pembicara yang sering membaca buku dengan memahami makna tekstual saja, akan sulit untuk menjabarkan menjadi materi yang menarik dan sesuai dengan konteks pendengar.
  • Merasa sudah pandai. Merasa sudah, inilah penyakit yang harus dihilangkan dari semua orang, karena dengan merasa sudah pandai menjadikan sesorang malas dan bahkan tidak mau lagi untuk membaca, belajar dan meningkatkan pengetahuannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang cepat dan mustahil kita dapat mengikutinya dengan tidak membaca dan belajar.
  • Hanya sekedar melaksanakan tugas. Terdapat beberapa orang yang berbicara didepan acara atau khalayak dengan motivasi yang sederhana, yaitu menggugurkan tugas. tidaklah salah ketika sesorang untuk melaksanakan tugas dengan baik, namun akan lebih jika melaksanakan tugas dikuatkan dengan sebuah motivasi yang kuat untuk membekali diri dan menyampaikan sesuatu yang berharga bagi orang lain.

Tips

  • Harus ada yang baru. Setiap kali berbicara didepan usahakan ada sesuatu yang baru yang berbeda dengan pembicara sebelumnya atau sampaikan sesuatu yang belum anda sampaikan sebelumnya. Hal yang baru itu bisa diambil, diadopsi dari bacaan, televisi, atau apapun yang bermanfaat bagi pendengar. Tetapi hal yang baru itu bukan berarti asal baru, tetapi sampaikan hal baru yang berhubungan dengan materi yang disampaikan pada saat itu.
  • Pelajari karakteristik audience. Audience merupakan sasaran utama dari sebuah pembicaraan. Tanpa audience pembicaraan tidak akan ada artinya, oleh karena memahami karakteristik atau ciri-ciri audience, pendengar adalah sebuah kewajiban jika ingin tujuan pembicaraan kita mencapai tujuan. Usia, latar belakang pekerjaan, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial audience harus dipahami betul oleh pembicara. Karakteristik audience akan mempengaruhi isi, gaya bahasa, waktu, dan bahkan bahasa yang kita gunakan.
  • Banyak membaca. Tidak ada ruginya dengan banyak membaca, banyak membaca akan menambah dan memperluas pengetahuan kita. membaca buku tentang apa saja, buku ilmiah, fiksi, berita dan sebagainya akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas materi yang kita sampaikan pada pendengar. Karena dengan banyaknya pengetahuan yang kita miliki akan banyak dan bervariasi juga materi yang disampaikan. dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki berbagai materi akan bisa dibumbuhi, misalnya dalam memberikan contoh-contoh, penjelasan materi dan lain sebagainya.
  • Menganalogkan sesuatu yang biasa. Menganalogikan sesuatu yang familier dengan audience dengan materi yang sedang dibahas. membuat analog dengan sesuatu ini merupakan salah satu metode untuk mempermudah pemahaman audience khususnya mengenai konten-konten yang sudah dipahami oleh audience. Biasanya digunakan untuk menjelaskan tentang konten-konten ilmiah dan teknis lainnya yang tidak semua pendengar mudah memahami isinya.
  • Kejadian, peristiwa yang sehari-hari dijumpai bisa dijadikan bahan analogi untuk membahas sesuatu yang mungkin susah dipahami audience, selain itu membaut analogi ini akan menjadi bumbu-bumbu segar dan bahkan humor yang bisa menggugah perhatian peserta kegiatan.
  • Merasa selalu kurang ilmu. Dengan merasa kurang dan kurang ilmu yang dimiliki akan menjadikan motivasi untuk selalu belajar dan belajar, membaca apa saja yang bermanfaat. Semakin banyak buku yang dibaca akan merasakan bahwa ilmu yang dimiliki ternyata masih kurang. Oleh karena itu perasaan kurang pengetahuan, kurang ketrampilan dan kurang pengalaman harus selalu dimiliki setiap orang yang ingin berhasil dalam menyampaikan pesan keapad khalayak.
  • Jabatan adalah beban.Berbicara didepan orang banyak selain menjadi sebuah kebanggan bagi pembicara tetapi juga harus dirasakan sebagai beban yang harus ditanggung. Pejabat yang sedang menjabat mendapat kehormatan untuk berbicara didepan khalayak, tentu merasa bangga dengan jabatanya, oleh karena itu dengan beban yang dipikulnya, akan menjadikan motivasi bagi orang tersebut untuk selalu berbicara dalam kondisi yang baik dan apa yang dibicarakan bermanfaat bagi pendengar dan sesuai dengan arah lembaga yang dimana dia mengemban tugasnya.
  • Menuangkan kenangan tak terlupakan. Ceramah, sambutan, mengajar dan kegiatan semacamnya dalam suatu kegiatan yang mustahil diulangi dengan konsisi yang sama, kalaupun bisa diulangi maka kondisi itu tidak akan berkesan bagi audience. Oleh karena itu sebagai seorang yang diberi amanah untuk berbicara usahakan untuk memberikan kesan, kenangan yang tak terlupakan bagi audience. Dengan kenangan itulah, sambutan, ceramah yang disampaikan dan bahkan pembicara akan dikenang oleh audience, dan ceramah, sambutan berikutnya akan ditunggu-tunggu oleh orang karena tentu sudha berpikir akan mendapatkan sesuatu setelah mengikutinya.

Beberapa tips untuk sukses berbicara didepan ini hanya sedikit dari banyak faktor yang mempengaruhi orang mendapat kesuksesan berbicara. Kita masih harus banyak berlatih dan selalu berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan berbicara. Inti dari kesuksesan berbicara adalah jam terbang seorang pembicara, walaupun tidak jam terbang bukanlah satu-satunya faktor kesuksesan, namun demikian beberapa tips tersebut bisa dipraktekan dengan ditambahi beberapa bumbu, yang membuat kesuksesan. Selamat mencoba, semoga sukses. (heri martono)

Sumber: pauddikmasjateng.kemdikbud.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terjemahkan »
Mulai chat
Bantuan?
Hallo
Ada yang bisa kami bantu?