Lima Ungkapan Susah Beralih ke “Online”

Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi semakin berkembang cepat. Kondisi ini menuntut semua orang harus menyesuaikan dirinya dengan kondisi dunia yang semakin maju. Tak terkecuali lembaga yang bergerak dalam pendidikan, ketinggalan perkembangan teknologi bisa berarti akan ditinggalkan masyarakat. Kenyataan menunjukkan terdapat berbagai kendala untuk merubah paradigma itu. Karena ini masalah mendasar ketika akan melangkah untuk melaksanakan program, yaitu berupa keraguan, atau bahkan penolakan untuk memanfaatkan teknologi khususnya pada program untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pertama-tama akan menghadapi tantangan dari internal lembaga, tetapi justru inilah yang akan menentukan keterlaksanaan selanjutnya. dan yang selanjutnya tantangan ekternal dari masyarakat yang tentu demikian kompleks. Walaupun kebijakan dan anjuran untuk menggunakan teknologi dalam berbagai program pelayanan khususnya program pendidikan sedang di gemakan oleh pemerintah, namun demikian pelaksanaan kebijakan itu tidak semudah diucapkan orang. Karena peralihan dari konvensional ke pemanfaatan teknologi dipengaruhi banyak faktor, baik dari faktor infrastruktur, peralatan pendukung, kemampuan sumber daya manusia, kebijakan, dan yang tidak kalah penting adalah pola pikir. Pada buku ini akan kami bahas masalah yang berhubungan dengan pola pikir untuk berubah, karena kalau kita bekerja di lembaga khususnya lembaga pemerintah, masalah infrastruktur tidak begitu masalah, tinggal menganggarkan dan membelinya, masalah sumberdaya maka pendidikan dan pelatihan, magang dan lain-lain mudah untuk dilakukan. Pengalaman menunjukkan bahwa permasalahan utama dan besar adalah terletak pada masalah pola pikir kita yang sulit untuk berubah dan berpindah dari ‘zona nyaman’ ke ‘zona tantangan’. Dari berbagai pertanyaan yang muncul di sebagian kegiatan yang kami ikuti, kami rangkum menjadi 5 hal yang pada umumnya disampaikan oleh mereka yang masih ragu atau bahkan tidak mau untuk memanfaatkan teknologi untuk berbagai kegiatan. 5 ungkapan yang sering disampaikan ketika kita berniat untuk memutuskan melaksanakan program online short course dan program-program lain dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, akan kami sampaikan uraian yang mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut.

  1. Online harus dilakukan oleh orang ahli IT. Ungkapan seperti ini sering disampaikan ketika kita berhadapan dengan para pimpinan ataupun pegawai yang disemua lembaga pemerintahan. Memang benar teknologi informasi harus dikelola oleh mereka yang memang benar-benar tahu masalah teknologi informasi, tetapi apakah kalau sekedar memanfaatkan teknologi saja harus oleh orang IT???…diera yang serba mudah dan instan ini tidaklah sulit untuk mengoperasikan teknologi, berbagai kemudahan dan panduan ada didepan kita, ketika kita menghadapi sebuah komputer atau laptop misalnya, semua operasi standar akan dapat dipelajari, dioperasikan oleh semua orang bahkan anak kecil sekalipun. sistem operasi program-program yang ada telah dituangkan menjadi simbol-simbol yang mudah untuk diketahui oleh pengguna. Sebagai contoh pada tahun 1990an, untuk mengetik dengan program wordstar (WS) maka kita harus mengingat-ingat bebeberapa perintah, control A, control V, control S dan sebagainya, yang tentunya kita harus belajar dan mengingatnya, tetapi ketika muncul program microsoft word (MS Word) maka semua perintah telah dituliskan menjadi simbol-simbol yang mudah untuk diperasikan oleh siapa saja. pada tahun 1995an untuk mengoperasikan sebuah handphone harus membuat catatan nomor-nomor telepon dan kemudian menuliskannya dalam memori M, dan ketika kita berniat untuk menelponnya maka harus mengingat-ingat memori nomer berapa itu, tetapi dengan handphone sekarang, kita dengan mudahnya menyimpan memunculkan dan menelponnya tanpa harus mengingat perintah-perintah karena semua sudah muncul dengan simbol-simbol yang gampang. begitu juga dengan video conference dengan memanfaatkan aplikasi webex ini, semua perintah sudah muncul berupa simbol-simbol yang jelas dan gampang untuk dioperasikan. bahkan webex bisa dioperasikan dengan personal computer (PC), Laptop, atau telpon pintar (smartphone) yang selalu kita bawa kemana-mana. Untuk bertugas sebagai admin pada video conference dengan aplikasi webex inipun sangat familier dan mudah karena semua fitur sudah berupa simbol-simbol. Demikian mudah untuk memanfaatkan sebuah teknologi yang cukup canggih diera sekarang, jadi tidak semuanya benar bahwa untuk memanfaatkan teknologi harus oleh ahli IT, ahli IT benar-benar diperlukan ketika kita perlu untuk membuat program yang baru. Jadi sebenarnya tidak alasan bagi kita untuk berpindah pemikiran bahwa kita sudah saatnya memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa.
  2. Tidak semua sasaran terbiasa/familier dengan teknologi. Ini ungkapan yang hampir sama dengan ungkapan pertama yang pada intinya bahwa sampai saat ini tidak semua orang bisa mengoperasikan dan terbiasa dengan teknologi. Menurut penelitian pemanfaatan internet yang dilakukan oleh Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk sekitar 256, 2 juta orang, sekitar 132,7 orang atau sekitar 51,8 % memanfaatkan internet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang Indonesia telah melek teknologi, dan itu artinya masyarakat Indonesia sudah familier dengan yang namanya teknologi. Coba kita liat dimana saja orang memegang handphone, dikantor, dibandara, diterminal, dimall, dan tidak sedikit orang yang membawa laptop. Memang tidak semua terbiasa dengan aplikasi tertentu seperti webex, tetapi ketika kita mengenalkan dan meluncurkannya mereka akan terbiasa dan familer. Jadi justru dengan program memanfaatkan teknologi modern mengenalkan masyarakat pada penggunaan teknologi untuk pendidikan. Karena mau tidak mau suka tidak suka teknologi akan merengsek dikehidupan kita, kemajuan teknologi seperti sebilah pisau tajam, bisa digunakan untuk membunuh orang tetapi bisa juga untuk memotong sayur untuk membuat masakan yang luar biasa enaknya. Oleh karena itu biarkan masyarakat familier dengan teknologi dan kita bisa menggunakan untuk kebaikan. Pengalaman selama pelaksanaan program online short course ini, ternyata masyarakat khususnya sasaran pendidikan nonformal sudah sangat terbiasa dengan teknologi. Jadi pemikiran yang menyatakan tidak semua sasaran familier dengan teknologi hanyalah ekspresi dari rasa pesimisme yang berlebihan, yang seharusnya tidak menghalangi untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di Indonesia.
  3. Online memerlukan dana yang banyak. ‘Jer Basuki Mowo Bea’ itulah ungkapan jawa yang artinya untuk mendapatkan kesuksesan harus dengan biaya. Memang sudah umum bahwa semua kegiatan memerlukan dana, apalagi program yang memanfaatkan teknologi modern tentu membutuhkan dana. Pelaksanaan program dengan memanfaatkan teknologi membutuhkan dana yang cukup besar hanya untuk diawal, karena memerlukan beberapa peralatan pendukung / infrastruktur untuk pelaksanaan program, namun akan hemat selanjutnya, karena peralatan pendukung tidak perlu diadakan lagi. Sebagaimana ketika kita menggunakan handphone, kita harus membeli handphone mungkin sekitar 2 – 5 juta dan membeli kartu dan pulsanya. dan handphone itu akan bertahan beberapa tahun tidak perlu membeli handphone ketika mau menggunakannya. Betapa hematnya ketika kita menelpon/sms/wa dengan seseorang yang jauh, dibandingkan dengan kita harus datang menemuinya kesuatu tempat hanya untuk membicarakan sesuatu. Untuk melaksanakan program online short course, contohnya, kita harus menyewa aplikasi webex sekitar 25 s.d 30 juta selama satu tahun tergantung pada berapa clients yang kita sewa. Dengan pembelian diawal tetapi akan dapat digunakan selama 1 tahun kapanpun tanpa batas. Bandingkan kalo kita harus mengadakan perjalanan untuk rapat secara tatap muka, perlu dana transport, uang jajan, dan yang terpenting waktu yang kita gunakan. Dengan menggunakan aplikasi webex ini, kita bisa menyampaikan materi, mendengar pertanyaan, melihat orang ratusan bahkan bisa ribuan diwaktu yang sama ditempat yang berbeda, betapa efisiennnya dengan pemanfaatan teknologi ini.
  4. Tidak semua kegiatan bisa dionlinekan. Pernyataan ini biasanya ditambhakan dengan alasan contoh program diklat atau seminar, bahwa dalam kegiatan diklat ada sesuatu yang tidak bisa ditranfer secara jarak jauh, pengembangan karakter misalnya. Jawaban pernyataan ini tentunya adalah “YA”, tetapi perlu dijelaskan bahwa untuk saat ini mungkin sebagian besar hidup kita tidak bisa lepas dari teknologi berbasis internet, telepon, sms, whatapps, bbm, internet, menggunakan ATM, pesan tiket pesawat, tiket kereta api, bayar listrik/PLN/PDAM, email, dan masih banyak lagi yang semuanya dengan media secara online. Lalu kenapa kita tidak membuat program yang mendukung pendidikan dengan online juga?..bukankah sudah terbukti bahwa dengan online program akan lebih hemat, efisien, efektif. Toh kita juga tidak bisa menjamin bahwa dengan tatap muka peserta bisa menyerap penuh dari narasumber untuk maslaha karakter. Perlu dijelaskan bahwa dengan aplikasi untuk video conference ini sebenarnya kita seperti berhadapan tatap muka langsung, yang membedakan hanyalah mereka tidak pada tempat yang sama, karena menggunakan media sebuah layar di komputer/handphone. Oleh karena itu sebenarnya semua hal bisa ditranfer dari narasumber ke penerima.
  5. Teknologi mempersulit. Ini ungkapan yang mungkin bisa dibilang konyol, tetapi perlu kita maklumi biasanya kalimat ini muncul dari orang yang masih belum teknologi minded. Kesulitan untuk menerapkan program pemanfaatan teknologi akan tampak ketika diawal karena memang harus merubah pola pikir, belajar dari awal, dan berubah cara bekerja dari pola kerja yang sudah mapan. Teknologi akan menjadi sulit ketika kita tidak mau menggunakannya. ketika kita mau dan kemudian mampu. sebagai contoh untuk melaksanakan program online short course ini, pengelola harus menghubungi narasumber, membuat informasi, menyebarkan, dan mengadakan online, betapa ribetnya proses ini. tetapi coba kita bandingkan dengan seminar tatap muka, kita juga perlu menghubungi narasumber, membuat informasi, menjemput narasumber, menyiapkan daftar hadir, menyiapkan konsumsi, menyiapkan sarana prasarana juga. Nah lebih simpelkan. Orang dengan pemikiran seperti ini adalah orang yang paling lama untuk mengikuti perubahan, karena sudah merasa nyaman di zona nyaman. Harus diyakinkan bahwa teknologi yang sulit itu bukan berarti kita terus melanjutkan ketertinggalan, tetapi harus dipelajari dan harus dikejar dengan mencarikan untuk mebantu mereka memahami. (heri martono)

Sumber: pauddikmasjateng.kemdikbud.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terjemahkan »
Mulai chat
Bantuan?
Hallo
Ada yang bisa kami bantu?